Mengolah Sampah DAS Citarum Jadi Karya Ala Warga Desa Padamukti
Kabupaten Bandung, MYDESA.ID – Masyarakat Desa Padamukti, Kecamatan Solokanjeruk diberdayakan untuk bisa mengolah sampah atau limbah dari DAS Citarum. Mereka bisa mengolah sampah tersebut secara mandiri.
Masyarakat tersebut hidup di area berdampingan di DAS Citarum. Di pinggir sungai tersebut dibangun Tempat Pengelolaan Sampah Reuse-Reduce-Recycle (TPS3R). Pada area tersebut juga dibangun pengolahan atau budidaya magot.
Sampah yang ada dari warga dan DAS Citarum diolah secara langsung oleh warga. Setelah itu olahan yang dihasilkan bisa menjadi pupuk hingga kerajinan yang bisa dijual oleh warga sekitar.
Tak hanya itu, di lokasi tersebut terdapat ekowisata berbasis daur ulang. Kemudian terdapat beberapa warung dengan memperlihatkan pemandangan pesawahan dan DAS Citarum.
Aksi pergerakan tersebut dilakukan Aksi Citarum Indonesia-Australia atau Citarum Action Research Project (CARP) hingga Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung. Aksi tersebut tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempromosikan perekonomian lokal, dan termasuk pengelolaan persampahan.
Kepala tim riset Monash University, Diego Ramirez Lovering mengatakan, semua elemen perlu bersatu dalam menyelesaikan permasalahan sampah yang ada di DAS Citarum. Makanya dengan adanya hal tersebut masih menjadi permulaan yang harus dikembangkan.
“Ini ada di satu desa, dan ini adalah salah satu aspek dari ekonomi sirkular dengan limbah,” ujar Diego, kepada awak media, di Kecamatan Solokanjeruk, Kabupaten Bandung, Sabtu (16/11/2024).
Diego menjelaskan penyelesaian tersebut harus dilakukan secara bersama-sama. Sehingga sungai bisa bersih, sehat, dan produktif.
“Tujuan kita jelas, mencapai zero waste dan merehabilitasi sungai demi masa depan yang berkelanjutan,” katanya.
Menurutnya penanganan masalah sampah atau limbah yang ada di DAS Citarum harus dilakukan secara kolaborasi. Kata dia, sebaiknya dari pendanaan pun dilakukan secara sama-sama.
“Kita peduli tentang hal yang sama, dan ini adalah masalah kita semua dan hanya bersama-sama kita bisa menyelesaikan masalah ini,” jelasnya.
Diego mengaku permasalahan yang ada di wilayah tersebut mencakup permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungan. Sehingga hal tersebut harus dilakukan di setiap desa yang dilintasi DAS Citarum.
“Ini adalah cara baru untuk memikirkan kemajuan pada skala kecil yang kemudian dapat direplikasi, dan kita memiliki kemajuan simultan di banyak desa sekaligus,” bebernya.
Peneliti Universitas Indonesia, Reni Suwarno mengaku dalam aksi tersebut mendukung program pemerintah. Terutama dalam bidang infrastruktur dan pembangunan fisik.
“Makanya tadi kita bangun percontohan TPS3R dengan ekonomi sirkular di Desa Padamukti. Kemudian di Desa Cibodas ada ekowisata,” kata Reni.
Menurutnya dengan adanya aksi tersebut harus bisa memberikan penghidupan kepada masyarakat. Sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat.
“Setelah itu selesai, kita bicara mengenai kebersihan sanitasi. Itu pasti banyak melibatkan para ibu-ibu, para perempuan, karena merekalah yang memilah-milah sampah gitu,” tuturnya.